RUANG KHUSUS IKLAN (content di luar tanggung jawab bukulaela)

Strategi Kampanye 2009

Thursday, September 25, 2008



Buku ini merupakan sebuah rangkuman penggal perjalanan Amien Rais dalam kancah perpolitikan Indonesia, khususnya berkaitan dengan Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden Langsung yang terselenggara untuk pertama kalinya di Indonesia tahun 2004.



Buku ini merupakan sebuah rangkuman penggal perjalanan Amien Rais dalam kancah perpolitikan Indonesia, khususnya berkaitan dengan Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden Langsung yang terselenggara untuk pertama kalinya di Indonesia tahun 2004.
Sosok Amien Rais terkenal dengan gaya bicara yang tanpa tedheng aling-aling. Amien Rais menempatkan dirinya sebagai seorang “tukang adzan” yang mengoreksi dan menyuarakan kebenaran berkaitan dengan masalah sosial kenegaraan. Ia menempatkan diri sebagai seorang korektor yang berada di luar sistem. Pernyataan-pernyataan Amien yang sangat lugas tentang kondisi Indonesia mulai dari soal suksesi, kesenjangan sosial, dan tentang masalah teknis kontrak karya PT. Freeport Indonesia dan tambang emas Busang di Kalimantan Timur, telah menyebabkan posisinya berhadap-hadapan dengan penguasa. Posisinya sebagai seorang Ketua Umum Muhammadiyah, Ketua Dewan Pakar ICMI, dan intelektual kampus, membuat suaranya cukup didengar di level nasional.
Peristiwa yang semakin melambungkan namanya dalam cakrawala langit intelektual kritis Indonesia, adalah keberaniannya untuk bicara tentang perlunya pergantian pucuk pimpinan nasional di saat Orde Baru di bawah Soeharto sedang berada dalam masa jayanya. Padahal, saat itu hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada lini kehidupan bangsa yang bisa lepas dari pengawasan dan intervensi kekuasaan otoriter tersebut.
Gagasan suksesi yang digulirkan oleh Amien Rais dapat dimaklumi sepenuhnya, karena hampir setengah abad Indonesia merdeka sebagai bangsa, belum pernah Republik ini punya pengalaman bagaimana memilih presiden. Baik Bung Karno maupun Pak Harto menjadi presiden karena proses sejarah, atau lebih tepatnya berkaitan dengan aksiden sejarah. Keberanian Muhammadiyah untuk membicarakan masalah suksesi karena hal tersebut sesuai dengan sunnatullah atau proses alami.
Amien menilai paling tidak ada dua skenario mekanisme suksesi, pertama, dilakukan dengan perubahan-perubahan sistem pemilu, sistem keanggotaan DPR/MPR, dan perubahan dalam berbagai hal menyangkut pemilihan presiden dan wakil presiden agar betul-betul lebih demokratis. Kedua, sistem politik yang sudah berjalan selama ini, dipertahankan tetapi dibarengi dengan keterbukaan agar aspirasi masyarakat dapat dideteksi dengan mudah.
Amien juga menawarkan gagasan tentang suksesi itu melalui kampus-kampus sebagai dunianya kaum intelektual. Ide tersebut antara lain digelar di ITB, Unibraw, CIDES, Unpar, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan lain-lain. Sambutan dari mahasiswa bagus sekali, sehingga tidak mengherankan apabila eksponen utama yang memaksa lengsernya Soeharto dari tampuk kekuasaannya adalah mahasiswa dengan Amien Rais sebagai lokomotifnya. Dengan peristiwa ini, Amien telah menggoreskan namanya dengan tinta emas dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sehingga mendapat julukan Bapak Reformasi.
PAN dan Pemilihan Presiden Langsung
Berbicara tentang Partai Amanat Nasional, tidak dapat dilepaskan dari sosok Amien Rais. Keduanya bagaikan dua buah sisi dalam sekeping mata uang yang tidak terpisahkan. PAN dideklarasikan di Istora Senayan yang sekarang berubah nama menjadi Gelora Bung Karno, pada Minggu 23 Agustus 1998 pukul 10.00. PAN merupakan salah satu hasil dari ide brilian dan berbobot yang dihasilkan oleh Amien Rais. Asas partai yang bersifat inklusif merupakan langkah awal untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Amien tampaknya menyadari betul bahwa untuk membangun sebuah negara besar seperti Indonesia, diperlukan kerjasama dari berbagai komponen anak bangsa. Diharapkan PAN akan menjadi replika dari Indonesia mini dengan berbagai latar belakang sosio-kultural yang begitu kompleks dan majemuk.
Untuk mewujudkan PAN sebagai partai yang benar-benar lepas dari ikatan-ikatan sektarianisme dan primordialisme, Amien menggandeng tokoh-tokoh yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Dari tokoh agama Kristen misalnya, Th. Sumartana yang merupakan direktur Institut Antariman Indonesia (Dian), menjabat sebagai salah satu ketua PAN. Di samping itu, PAN juga merangkul tokoh-tokoh lain dari agama Hindu, Budha, purnawirawan, tokoh dari kawasan timur Indonesia, dan orang-orang keturunan Cina. Dengan langkah tersebut, Amien berusaha mencitrakan diri sebagai seorang demokrat. Dengan demikian, perbedaan merupakan sesuatu yang wajar dan biasa dalam sebuah sistem politik yang demokratis.
Sejak dideklarasikan pada tahun 1998, sampai sekarang PAN telah dua kali ikut bertarung dalam proses pemilihan umum, yaitu pada pemilu tahun 1999 dan 2004. Untuk ukuran perjalanan sebuah partai politik, PAN belum banyak mengenyam asam-garam kehidupan politik praktis. Dengan demikian, masih diperlukan berbagai eksperimen guna membenahi program-program dan rencana-rencana yang telah ditetapkan.
Dengan mampu mengumpulkan suara 7,12% dari seluruh total pemilih di Indonesia pada pemilu 1999, PAN mampu menerobos masuk dalam jajaran lima partai pengumpul suara terbanyak. Walaupun “hanya” dengan suara 7,12%, namun PAN mampu mengantarkan Amien Rais sebagai ketua umum menduduki kursi ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 1999-2004. Keberhasilan Amien menjadi ketua MPR tersebut merupakan hasil dari adanya bargaining position di antara partai-partai besar untuk membagi kedudukan di lembaga tinggi Negara. Hal ini dikarenakan tidak adanya partai yang menjadi mayoritas mutlak, sehingga tidak ada partai yang berhak menyusun pemerintahan sendiri tanpa melibatkan partai lain.
Meskipun bukan partai pemenang pemilu, namun PAN mampu menunjukkan diri sebagai partai yang berkualitas. Ini dibuktikan dengan besarnya peran yang dimainkan oleh PAN di parlemen. Dengan Fraksi Reformasinya, yang merupakan koalisi dengan PK sebelum berubah menjadi PKS, Amien memelopori naiknya Abdurrahman Wahid sebagai presiden (dalam pemungutan suara), mengganjal Megawati, calon dari PDI-P yang merupakan partai pemenang pemilu 1999.
Tahun 2004 bisa dikatakan merupakan buah dari pohon suksesi dua pintu yang ditanam oleh Amien Rais, ketika menggulirkan isu pergantian kepemimpinan nasional. Pada tahun ini benar-benar terjadi, bahwa kursi presiden dan wakil presiden bisa diperebutkan melalui pemilihan langsung oleh rakyat. Partai Amanat Nasional sebagai kendaraan politik Amien, secara resmi mencalonkannya sebagai calon presiden pada Rakernas PAN di Batam. Salah satu rekomendasi yang dihasilkan adalah pencalonan Amien Rais sebagai presiden pada pemilu 2004.
Kampanye Gaya Baru
Bagi para calon yang terbatas kemampuan keuangannya, kampanye elektronik tentu sangat mahal. Namun penggunaan media elektronik (televisi), sangat berpengaruh besar terhadap popularitas sang kandidat. Banyak orang yang sebelumnya tidak dikenal sama sekali, tetapi karena publisitas oleh media televisi, dalam waktu singkat dapat menjadi orang terkenal dan terdongkrak citranya.
Dengan memanfaatkan media elektronik khususnya televisi, pesan-pesan politik yang disampaikan oleh kandidat dapat menjangkau berbagai kalangan, baik itu yang sudah bersimpati kepada calon tersebut maupun yang belum.
Keuntungan lain dari strategi kampanye lewat media televisi adalah pesan-pesan politik yang disampaikan oleh calon presiden akan lebih mudah untuk ditangkap oleh khalayak umum, karena biasanya kampanye tersebut ditayangkan di sela-sela acara hiburan. Apalagi waktu yang disediakan oleh masyarakat untuk menikmati acara televisi sangat besar.
Tradisi kampanye dalam bentuk rapat raksasa di lapangan yang berjalan selama ini di Indonesia, tidak pernah lepas dari adanya segi hiburan untuk menggerakkan emosi generasi muda. Akan tetapi, jika kampanye pemilu harus sungguh-sungguh hendak menuju pada peningkatan kualitas pendidikan politik, maka unsur nalar harus lebih sering unggul atas emosi dan bukan sebaliknya.
Perkembangan teknologi dalam bidang media massa yang sangat pesat, menyebabkan para kandidat sangat tergantung pada media massa dalam membangun citra dirinya sebagai calon terbaik. Kemampuan media massa dalam mengubah citra seorang calon dalam waktu yang relatif singkat, jelas tidak dimiliki media lain kecuali televisi. Media ini mampu menenggelamkan sekaligus mendorong ke atas dengan sangat cepat karier politik seseorang.
Kemunculan media massa khususnya televisi dalam arena pemilihan dan kampanye, menurunkan secara bertahap peranan tradisional partai politik. Dewasa ini partai politik bukan lagi satu-satunya lembaga paling berpengaruh dalam kegiatan kampanye politik. Peliputan oleh media massa lebih banyak difokuskan pada kegiatan para calon selama masa kampanye berlangsung.
Tim kampanye Amien Rais menyadari hal ini. Lewat media elektronik, Amien berkampanye tentang kepantasan dirinya untuk dipilih menjadi calon presiden. Ia dibantu oleh tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang profesi dalam bentuk testimoni (pengakuan). Ongkos produksi yang mahal bisa diatasi dengan memaksimalkan penggalian dana kampanye. Langkah yang bisa dilakukan misalnya dengan menggandeng sebanyak mungkin pengusaha untuk memperkuat basis dukungan.
Namun, keterbatasan dana kampanye yang dimiliki, menyebabkan kubu Amien-Siswono tidak menggunakan media elektronik khususnya televisi sebagai sarana utama strategi kampanye.
Selain media elektronik, Amien Rais melakukan pertemuan terbatas dengan para tokoh, dengan harapan akan banyak khalayak lapis bawah yang kemudian akan memberikan dukungan sesuai tokoh yang menjadi panutannya. Langkah ini efektif dilakukan dalam struktur masyarakat yang budaya paternalistiknya masih mengakar kuat. Dalam tatap muka dan dialog, Amien memilih tempat-tempat yang merupakan pusat aktivitas masyarakat, misalnya masjid, pasar, stasiun. Tempat-tempat tersebut dapat menampung spektrum sosial yang sangat kompleks, yang tidak terbatasi oleh sekat-sekat hierarki sosial yang ada dalam masyarakat.
Kubu Amien juga menerapkan model kampanye murah sebagai strategi utama untuk menggalang dukungan massa. Kampanye model ini dilakukan dengan cara membagikan brosur, kaos, pin, pamflet, stiker, dan kalender kepada masyarakat, serta memasang spanduk dan billboard. Langkah ini ditempuh Amien karena terinspirasi oleh keberhasilan PKS dalam “melambungkan” suaranya pada saat pemilu legislatif.
Berkaitan dengan koalisi, Amien Rais merupakan capres yang paling banyak mendapatkan dukungan di luar partai yang mengusungnya sebagai capres. Partai yang mendukung pasangan Amien-Siswono tersebut adalah PKS, PBR, PNBK, PNI Marhaenisme, PPDI, PSI, dan PBSD. Oleh karenanya, tim sukses pusat Amien Rais terdiri dari berbagai kalangan, termasuk tokoh dari partai-partai kecil yang terlibat dalam adalah antara lain, Erros Djarot (Ketua Umum Partai Nasional Banteng Kemerdekaan), yang menduduki posisi ketua umum dewan pertimbangan. Dari Partai Sarikat Indonesia yang terlibat dalam tim ini adalah Rahardjo Cakraningrat, Sukmawati Soekarno Putri, yang merupakan pendiri dan sekaligus ketua umum PNI Marhaenisme juga menduduki posisi sebagai ketua dewan pertimbangan.
Hasil
Amien Rais memutuskan untuk tetap maju sebagai capres dalam pemilihan presiden langsung 2004, pada hari Senin 12 April 2004 di kantor pimpinan pusat Muhammadiyah. Setelah mengetahui hasil akhir perhitungan suara pemilu legislatif, dan ternyata suara yang diperolah PAN jauh dari target yang diharapkan, hal ini membuat Amien kecewa sehingga jarang muncul di hadapan publik dan juga media. Keadaan tersebut menimbulkan spekulasi di banyak kalangan akan jadi maju tidaknya Amien dalam pilpres langsung. Dari hasil perhitungan suara pada putaran pertama, pasangan Amien-Siswono mendapatkan total suara sebesar 17.392.931 dari total suara sah 118.656.868. Dengan perolehan suara tersebut, pasangan Amien-Siswono menduduki peringkat ke empat dari lima pasangan calon yang mengikuti pemilihan presiden secara langsung tersebut.
Catatan Akhir
Sejak diberlakukannya sistem pemilihan umum langsung, yakni lembaga legislatif dan eksekutif dipilih langsung oleh pemilihnya, bangsa Indonesia mengalami babak baru dalam kehidupan berdemokrasi. Sebagai sesuatu yang baru, masih terjadi kegagapan, eforia, dan sesekali konflik di tingkat bawah karena ketidaksiapan kontestan untuk kalah. Sistem pemilihan langsung, baik itu dalam Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) ataupun Pemilu (Pemilihan Umum), memang mengisyaratkan keterlibatan dan interaksi langsung antara pemilih dan yang dipilih, sehingga tak urung terjadi pergesekan antar-massa fanatik.
Yang menarik dicermati, sistem-langsung ini menjadikan calon harus lebh rajin berpromosi, beriklan, dan menawarkan diri serta program andalannya, tidak bisa lagi sekadar menggantungkan diri pada mesin politik seperti era sebelumnya. Apalagi, ada trend munculnya calon perseorangan--ketika pencalonan lewat partai dirasakan lebih mahal--sehingga kerja-kerja kampanye musti dikelola mandiri secara lebih profesional namun efektif biaya.
Tentu saja kondisi ini membutuhkan strategi jitu, pembacaan kondisi massa (audience) secara lebih cermat, hingga memunculkan berbagai lembaga dan individu yang menawaran jasa sebagai tim sukses, konsultan, tim survei kepopuleran dan quick count, sekaligus biro iklan politik. Iklan politik pun merambah ke mana-mana, tidak saja di ruang publik di jalanan, namun berjubel di media cetak dan elektronik yang membutuhkan dana besar.
Dalam situasi unik ini, buku ini hadir guna merayakan proses pemilihan langsung yang niscaya semakin semarak di bumi Nusantara, baik dalam Pilkada di berbagai penjuru negeri, maupun perhelatan akbar memilih RI-1 tahun 2009. Buku ini merangkum sepak terjang Amien Rais--sebagai ikon tokoh prodemokrasi yang menjadi pendorong proses reformasi di Indonesia--dalam mengikuti pemilihan umum langsung. sebagai calon presiden. Ia menggandeng Siswono Yudho Husodo, tokoh nasionalis sipil dari HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia).
Melalui buku ini, Anda dibawa meninjau strategi kampanye dan pemenangan pemilihan presiden-wapres. Bagaimanakah cara mendayagunakan sumberdaya yang ada secara efisien? Bagaimanakah cara mengelola kampanye secara low budget namun efektif? Dipaparkan pula keberhasilan dan kegagalan strategi tersebut, sebagai pelajaran berharga bagi mereka yang berkecimpung sebagai tim sukses, Anda yang berminat mengamati jalannya proses demokratisasi di negeri ini, ataupun Anda yang ingin terlibat penuh dalam pesta demokrasi dan tidak ingin sekadar menjadi penonton pasif saja. Nah, selamat membaca.

0 comments: